harus dilestarikan

Selasa, 06 Desember 2011

Khasiat bisa ular  
  
Selain mematikan, bisa ular juga berdampak pengobatan
namun sejauh ini masih dilakukan penelitian untuk
mencari dosis yang tepat dan aman. Bisa ular diujicoba
untuk mencegah serangan jantung dan stroke serta
membasmi kanker dan mengobati alergi berat. 

Semua orang pasti sudah mengenal dampak mematikan
patukan ular berbisa. Itulah sebabnya, di banyak
negara ular berbisa dianggap musuh dan diberantas
habis terutama di negara berkembang atau negara
miskin, patukan ular berbisa seringkali berakhir maut
akibat tidak tersedianya serum anti bisa ular. Namun
dibalik ancaman mautnya, bisa ular ternyata juga
memiliki khasiat sebagai obat dan hal ini sudah
diketahui sejak lama oleh para ahli pengobatan. Bukan
suatu kebetulan jika lambang kedokteran adalah piala
yang dililit ular. Ironisnya sejauh ini tidak banyak
yang mengenal khasiat bisa ular ini.

Berbagai penelitian kedokteran terbaru menunjukkan
bahwa cukup banyak khasiat bisa ular yang dapat
dimanfaatkan bagi pengobatan. Misalnya saja, para
peneliti di Inggris dan Australia menemukan, bisa ular
dapat mencegah serangan penyakit jantung dan stroke
serta mengobati penyakit kanker. Akan tetapi,
penelitian yang sudah dilaksanakan sejak 25 tahun itu,
belum berhasil menetapkan dosis yang aman dan tepat
bagi pengobatan penyakit menggunakan bisa ular.
Standar farmasi yang ketat di negara maju, menghambat
pengembangan obat baru tsb.

Bisa ular pencegah stroke

Tim peneliti gabungan dari universitas Oxford,
Liverpool dan Birmingham yang mendapat dana dari
Yayasan Jantung Inggris, kini sedang melakukan
penelitian khasiat bisa ular bagi pencegahan serangan
jantung dan stroke. Kedua penyakit ini di negara maju
menjadi pembunuh utama. Di Inggris saja setiap
tahunnya tercatat 270.000 kasus serangan jantung dan
separuhnya berakhir dengan kematian. Sementara jumlah
kematian akibat stroke, setiap tahunnya mencapai
60.000 kasus. Tidak mengherankan jika Yayasan Jantung
Inggris membiayai penelitian pengobatan alternatif
ini. 

Sejak lama sudah diketahui pada dasarnya bisa ular
dapat dibagi menjadi dua tipe racun, yakni yang
disebut neurotoxin atau racun pelumpuh saraf, dan
hematoxin atau racun yang melumpuhkan sistem sirkulasi
darah. Bisa ular ini merupakan campuran rumit sejumlah
enzym. Penelitian lebih jauh menunjukkan terdapat
sekitar 20 jenis enzym beracun dalam bisa ular. Setiap
jenis ular berbisa memiliki komposisi racun yang
berbeda-beda berupa campuran antara enam sampai 12
jenis enzym. Masing-masing enzym pada bisa ular itu,
memiliki fungsi khas pula.

Di garis depan, bisa ular berfungsi sebagai pelumpuh
mangsa dan pembantu pencernaannya. Jadi kalau manusia
yang bukan mangsa ular dipatuk ular, itu namanya sial
atau ular merasa terganggu wilayah kekuasaannya. Namun
akibatnya dapat fatal karena enzym beracun dari bisa
ular tidak pandang bulu dan bekerja sesuai fungsi
alamiahnya. Misalnya saja enzym proteinase, memainkan
peranan utama pada pencernaan ular dan berfungsi
menguraikan jaringan kulit atau otot dalam tempo amat
cepat. Jika manusia dipatuk ular berbisa yang komponen
racunnya mengandung proteinase, akibatnya jaringan
kulit dan ototnya rusak dan mati secara cepat.

Pengetahuan mengenai sifat enzym bisa ula, dapat
membantu para ahli pengobatan mengembangkan obat dari
racun tsb. Misalnya saja, proteinase yang berfungsi
menghancurkan jaringan kulit dan otot, dalam dosis
tertentu dapat dimanfaatkan mengobati kanker yang pada
prinsipnya adalah jaringan yang tumbuh secara liar.
Hal ini sedang intensif diteliti di Australia. Atau
enzym lainnya dalam bisa ular yakni cholin-esterase
yang menyerang sistem saraf dan membuat otot menjadi
kendur sehingga mangsanya tidak mampu lagi menguasai
gerak ototnya dapat digunakan mencegah serangan
jantung dan stroke.

Melawan alergi berat

Di Jerman saat ini juga mulai dipraktekan pengobatan
alergi atau rematik menggunakan bisa ular. Dalam dosis
yang sangat kecil, setelah diencerkan beberapa ribu
kali maka bisa ular tertentu digunakan untuk mengobati
alergi berat dan dilaporkan hasilnya memuaskan.
Penggagasnya adalah Norbert Zimmermann, seorang ahli
di pusat pengobatan alamiah di kota Bottrop. Sejak 25
tahun terakhir, ia terus meneliti khasiat bisa ular
bagi pengobatan alergi. Sayangnya metode ini tidak
diakui resmi kalangan kedokteran karena dikembangkan
ahli pengobatan alamiah. 

Akan tetapi sejumlah pasien melaporkan khasiat
pengobatan bisa ular itu. Misalnya saja, Zimmerman
menangani kasus seorang wanita penderita alergi berat
berusia 41 tahun. Pasien wanita bersangkutan
menyatakan telah bosan berobat ke dokter ahli alergi,
karena serangan alergi yang dideritanya tidak pernah
berkurang. Obat yang mengandung cortison juga tidak
membantu. Jika musim semi datang, dan tanaman mulai
berbunga mulailah penderitaannya. Muncul gejala alergi
berat, berupa mata bengkak, hidung mampet atau terus
ngocor, gatal-gatal serta kesulitan bernafas. Jika
gejalanya amat berat, berhari-hari si pasien tidak
dapat bekerja.

Zimmermann memberikan terapi suntikan bisa ular
sebanyak 10 sampai 12 kali. Khasiatnya segera terasa.
Setelah rangkaian pengobatan berakhir, pasien
menyatakan serangan alerginya sudah jauh berkurang,
kalau tidak bisa disebutkan hilang sama sekali. Dua
tahun setelah terapi, khasiatnya masih terasa. Pasien
alergi berat bersangkutan, kini dapat dengan bebas
keluar rumah, juga disaat bunga-bungaan bermekaran.
Satu-satunya keluhan, adalah mahalnya pengobatan
alternatif itu, karena tidak diakui asuransi kesehatan
dan harus dibayar dari kantong sendiri.

Pro-kontra terapi bisa ular

Zimmermann mengatakan, logika pengobatannya sama
seperti terapi hypo-sensibilisasi yang diterapkan para
dokter ahli alergi. Terapi itu, pada dasarnya
memberikan unsur alergen dalam dosis kecil secara
bertahap, agar tubuh pasien terbiasa. Dokter terus
meningkatkan dosisnya, sampai si pasien menciptakan
kekebalan. Disebutkan, unsur aktif dalam terapi bisa
ular itu, terutama enzym pembantu pencernaan,
proteinase. Enzym ini memicu pembentukan antibody di
dalam tubuh, yang pada gilirannya meningkatkan sistem
kekebalan tubuh. Dengan begitu, gejala sakit kepala
atau sulit bernafas, tidak punya kesempatan untuk
berkembang.

Tentu saja terdapat pro dan kontra mengenai pengobatan
alternatif semacam itu. Dokter Stefan Erdmann, ahli
alergi dari rumah sakit universitas kedokteran di
Aachen mengatakan, baginya sulit diterangkan secara
logis, kaitan antara hilangnya gejala alergi dengan
pemberian bisa ular. Namun pakar alergi lainnya,
dokter Hedwig Wening dari kota Münster menyatakan,
mungkin saja ada khasiat bisa ular terhadap alergi
hanya saja secara medis belum diteliti secara serius.
Dulu juga para dokter skeptis menanggapi pengobatan
akupunktur namun kini sudah terbukti keampuhannya
secara medis.

Terlepas dari pro dan kontra, khasiat bisa ular
sebetulnya sudah dikenal dan dimanfaatkan sejak
berabad silam. Namun yang belum diketahui adalah
sejauh mana khasiat dan dampak sampingan terapi tsb.
Untuk dunia kedokteran, pengobatan dengan bisa ular
tsb harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan
ilmiah serta sebelumnya melalui rangkaian ujicoba
farmasi. Kini para peneliti sedang berlomba melakukan
ujicoba berdasarkan metode kedokteran agar khasiat
bisa ular ini diakui sebagai obat standar. Jalan
sedang dirintis ke arah itu dan kelihatannya hewan
melata yang dulu dianggap musuh suatu hari nanti akan
dipuji sebagai penyelamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar