Khasiat bisa ular Selain mematikan, bisa ular juga berdampak pengobatan namun sejauh ini masih dilakukan penelitian untuk mencari dosis yang tepat dan aman. Bisa ular diujicoba untuk mencegah serangan jantung dan stroke serta membasmi kanker dan mengobati alergi berat. Semua orang pasti sudah mengenal dampak mematikan patukan ular berbisa. Itulah sebabnya, di banyak negara ular berbisa dianggap musuh dan diberantas habis terutama di negara berkembang atau negara miskin, patukan ular berbisa seringkali berakhir maut akibat tidak tersedianya serum anti bisa ular. Namun dibalik ancaman mautnya, bisa ular ternyata juga memiliki khasiat sebagai obat dan hal ini sudah diketahui sejak lama oleh para ahli pengobatan. Bukan suatu kebetulan jika lambang kedokteran adalah piala yang dililit ular. Ironisnya sejauh ini tidak banyak yang mengenal khasiat bisa ular ini. Berbagai penelitian kedokteran terbaru menunjukkan bahwa cukup banyak khasiat bisa ular yang dapat dimanfaatkan bagi pengobatan. Misalnya saja, para peneliti di Inggris dan Australia menemukan, bisa ular dapat mencegah serangan penyakit jantung dan stroke serta mengobati penyakit kanker. Akan tetapi, penelitian yang sudah dilaksanakan sejak 25 tahun itu, belum berhasil menetapkan dosis yang aman dan tepat bagi pengobatan penyakit menggunakan bisa ular. Standar farmasi yang ketat di negara maju, menghambat pengembangan obat baru tsb. Bisa ular pencegah stroke Tim peneliti gabungan dari universitas Oxford, Liverpool dan Birmingham yang mendapat dana dari Yayasan Jantung Inggris, kini sedang melakukan penelitian khasiat bisa ular bagi pencegahan serangan jantung dan stroke. Kedua penyakit ini di negara maju menjadi pembunuh utama. Di Inggris saja setiap tahunnya tercatat 270.000 kasus serangan jantung dan separuhnya berakhir dengan kematian. Sementara jumlah kematian akibat stroke, setiap tahunnya mencapai 60.000 kasus. Tidak mengherankan jika Yayasan Jantung Inggris membiayai penelitian pengobatan alternatif ini. Sejak lama sudah diketahui pada dasarnya bisa ular dapat dibagi menjadi dua tipe racun, yakni yang disebut neurotoxin atau racun pelumpuh saraf, dan hematoxin atau racun yang melumpuhkan sistem sirkulasi darah. Bisa ular ini merupakan campuran rumit sejumlah enzym. Penelitian lebih jauh menunjukkan terdapat sekitar 20 jenis enzym beracun dalam bisa ular. Setiap jenis ular berbisa memiliki komposisi racun yang berbeda-beda berupa campuran antara enam sampai 12 jenis enzym. Masing-masing enzym pada bisa ular itu, memiliki fungsi khas pula. Di garis depan, bisa ular berfungsi sebagai pelumpuh mangsa dan pembantu pencernaannya. Jadi kalau manusia yang bukan mangsa ular dipatuk ular, itu namanya sial atau ular merasa terganggu wilayah kekuasaannya. Namun akibatnya dapat fatal karena enzym beracun dari bisa ular tidak pandang bulu dan bekerja sesuai fungsi alamiahnya. Misalnya saja enzym proteinase, memainkan peranan utama pada pencernaan ular dan berfungsi menguraikan jaringan kulit atau otot dalam tempo amat cepat. Jika manusia dipatuk ular berbisa yang komponen racunnya mengandung proteinase, akibatnya jaringan kulit dan ototnya rusak dan mati secara cepat. Pengetahuan mengenai sifat enzym bisa ula, dapat membantu para ahli pengobatan mengembangkan obat dari racun tsb. Misalnya saja, proteinase yang berfungsi menghancurkan jaringan kulit dan otot, dalam dosis tertentu dapat dimanfaatkan mengobati kanker yang pada prinsipnya adalah jaringan yang tumbuh secara liar. Hal ini sedang intensif diteliti di Australia. Atau enzym lainnya dalam bisa ular yakni cholin-esterase yang menyerang sistem saraf dan membuat otot menjadi kendur sehingga mangsanya tidak mampu lagi menguasai gerak ototnya dapat digunakan mencegah serangan jantung dan stroke. Melawan alergi berat Di Jerman saat ini juga mulai dipraktekan pengobatan alergi atau rematik menggunakan bisa ular. Dalam dosis yang sangat kecil, setelah diencerkan beberapa ribu kali maka bisa ular tertentu digunakan untuk mengobati alergi berat dan dilaporkan hasilnya memuaskan. Penggagasnya adalah Norbert Zimmermann, seorang ahli di pusat pengobatan alamiah di kota Bottrop. Sejak 25 tahun terakhir, ia terus meneliti khasiat bisa ular bagi pengobatan alergi. Sayangnya metode ini tidak diakui resmi kalangan kedokteran karena dikembangkan ahli pengobatan alamiah. Akan tetapi sejumlah pasien melaporkan khasiat pengobatan bisa ular itu. Misalnya saja, Zimmerman menangani kasus seorang wanita penderita alergi berat berusia 41 tahun. Pasien wanita bersangkutan menyatakan telah bosan berobat ke dokter ahli alergi, karena serangan alergi yang dideritanya tidak pernah berkurang. Obat yang mengandung cortison juga tidak membantu. Jika musim semi datang, dan tanaman mulai berbunga mulailah penderitaannya. Muncul gejala alergi berat, berupa mata bengkak, hidung mampet atau terus ngocor, gatal-gatal serta kesulitan bernafas. Jika gejalanya amat berat, berhari-hari si pasien tidak dapat bekerja. Zimmermann memberikan terapi suntikan bisa ular sebanyak 10 sampai 12 kali. Khasiatnya segera terasa. Setelah rangkaian pengobatan berakhir, pasien menyatakan serangan alerginya sudah jauh berkurang, kalau tidak bisa disebutkan hilang sama sekali. Dua tahun setelah terapi, khasiatnya masih terasa. Pasien alergi berat bersangkutan, kini dapat dengan bebas keluar rumah, juga disaat bunga-bungaan bermekaran. Satu-satunya keluhan, adalah mahalnya pengobatan alternatif itu, karena tidak diakui asuransi kesehatan dan harus dibayar dari kantong sendiri. Pro-kontra terapi bisa ular Zimmermann mengatakan, logika pengobatannya sama seperti terapi hypo-sensibilisasi yang diterapkan para dokter ahli alergi. Terapi itu, pada dasarnya memberikan unsur alergen dalam dosis kecil secara bertahap, agar tubuh pasien terbiasa. Dokter terus meningkatkan dosisnya, sampai si pasien menciptakan kekebalan. Disebutkan, unsur aktif dalam terapi bisa ular itu, terutama enzym pembantu pencernaan, proteinase. Enzym ini memicu pembentukan antibody di dalam tubuh, yang pada gilirannya meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dengan begitu, gejala sakit kepala atau sulit bernafas, tidak punya kesempatan untuk berkembang. Tentu saja terdapat pro dan kontra mengenai pengobatan alternatif semacam itu. Dokter Stefan Erdmann, ahli alergi dari rumah sakit universitas kedokteran di Aachen mengatakan, baginya sulit diterangkan secara logis, kaitan antara hilangnya gejala alergi dengan pemberian bisa ular. Namun pakar alergi lainnya, dokter Hedwig Wening dari kota Münster menyatakan, mungkin saja ada khasiat bisa ular terhadap alergi hanya saja secara medis belum diteliti secara serius. Dulu juga para dokter skeptis menanggapi pengobatan akupunktur namun kini sudah terbukti keampuhannya secara medis. Terlepas dari pro dan kontra, khasiat bisa ular sebetulnya sudah dikenal dan dimanfaatkan sejak berabad silam. Namun yang belum diketahui adalah sejauh mana khasiat dan dampak sampingan terapi tsb. Untuk dunia kedokteran, pengobatan dengan bisa ular tsb harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan ilmiah serta sebelumnya melalui rangkaian ujicoba farmasi. Kini para peneliti sedang berlomba melakukan ujicoba berdasarkan metode kedokteran agar khasiat bisa ular ini diakui sebagai obat standar. Jalan sedang dirintis ke arah itu dan kelihatannya hewan melata yang dulu dianggap musuh suatu hari nanti akan dipuji sebagai penyelamat.
harus dilestarikan
Selasa, 06 Desember 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar